Namanya Dede Katrisna Maulidin, sehari-hari ia dipanggil Dede. Ia adalah putra dari pasangan bapak Sukana dan ibu Tri Wahyuni. Ia dilahirkan di Magelang, 27 Mei 2003. Jadi kira-kira dia sudah berumur 9 tahun lebih 5 bulan.
Mas Dede, begitu saya memanggilnya. Di rumah, ia hanya berdua dengan ibu dan
saudaranya. Ayahnya yang berasal dari tanah sunda sibuk mencari nafkah di ibukota.
Begitu ia tuturkan kepada saya ketika saya belajar mengenalnya. Dalam
sehari-hari, mas Dede adalah siswa yang rajin, memperhatikan guru dan sedikit
lebih sabar dibandingkan dengan anak-anak seusianya di kelas. Dalam proses
belajar, ia mau berusaha “ngedongin” dirinya, artinya dia mau sedikit berusaha
lebih keras agar ia paham dengan pelajarannya. Misalnya, dalam pelajaran
Matematika saat yang lain menyerah untuk mengerjakan, dia masih setia dengan
“poro gapit” nya untuk menyelesaikan soal pembagian. Meskipun pada akhirnya dia
terakhir dalam menyelesaikan. Begitu pula, pada saat uts kemarin. Pada saat ia
tidak bisa mengerjakan soal, dia termasuk anak yang tidak “ngawur” dalam
mengisi jawaban. Dia lebih memilih bertanya dan menyelesaikan dengan “perfect”
sampai ia mantap untuk mengumpulkan.
Di kelas, Mas Dede dipercayai untuk memegang tampuk kepemimpinan di kelas. Dengan kata lain, ia menjabat ketua kelas. Dengan posisinya, setiap hari dia memimpin teman-temannya untuk memberi salam pada guru. Dengan posisinya juga, ia sedang belajar leadership sejak dini.
Mas
Dede ini termasuk dalam siswa yang rasa empatinya tinggi. Sampai-sampai bu
gurunya pun dibuat ge er *hahahaaa... Dia salah satu murid yang cukup sering
sms saya. Seperti note saya sebelumnya. Sms terakhirnya adalah hari Selasa 16
Oktober 2012, saat saya tidak berangkat mengajar. Pulang sekolah
langsung*dilihat dari jam dia sms*, dia langsung bertanya “ bu guru, kog tadi tidak berangkat? “ . Hmmm, bikin nyesss
di hati saat cuaca panas di antrian depan poliklinik rsj. Tanpa sungkan, saya
pun membalasnya. “Maaf ya mas dede, ibu lagi tes bebas narkoba di rumah sakit”.
Lantas ia pun masih bertanya, “ ibu sakit?”. Saya balas “tidak mas, ibu sehat
kog. Tadi tesnya bisa tidak? “ Ia pun membalas, “bisa doong :) “.
Dan
hari ini tepatnya 16 Oktober 2012, sesaat setelah saya memarkir motor di halaman sekolah. Mas Dede pun
masuk di kelas dan berjumpa dengan saya. Ia menjabat tangan saya dengan erat,
seolah menyimpan rindu karena kemarin kami tidak bertemu di kelas. Setelah melepaskan
jabatan tangannya, ia bertanya. “bu guruu, sido le tes bu guru? (*bu guruu,
jadi tes bu guru?). Saya jawab sambil tersenyum melihat muka penasarannya,
“jadi dong mas..”. Mas dede pun masih penasaran, “pripun bu? Ada narkobanya?”.
Masih saya jawab, “ya tidak ada..”. Dari raut mukanya menandakan masih
menyimpan penasaran, namun bel memisahkan kami. Ia pun segera ke barisan
sekolah.
** Siapa yang tidak meleleh
hatinya, ketika murid yang dididik menunjukkan rasa sayang dan hormat kepada
gurunya.
**Thanks Allah. You’ll
give me the chance i meet him. You show me that how precious my life.
Alhamdulillah..
Salam,
Rina Ristiyani
-Cos every child is special
Tidak ada komentar:
Posting Komentar