Jumat, 10 Juni 2011

Surat Ayah untuk Anakku Sayang


Sepucuk surat Ayah tuliskan atas nama rindu yang besarnya hanya Allah yang tahu
Anakku, menjadi Ayah itu indah dan mulia
Besar kecemasanku menanti kelahiranmu dulu belum hilang hingga saat ini.
Kecemasan yang indah karena ia didasari sebuah cinta.
Sebuah cinta yang telah terasakan, bahkan ketika yang dicintainya belum sekalipun ditemui.
Anakku, menjadi Ayah itu mulia.
Bacalah sejarah nAyah-nAyah dan rasul, dan temukanlah betapa nasehat yang terbaik itu tercatat dari dialog seorang Ayah dengan anak-anaknya.
Meskipun demikian ketahuilah nak…,
Menjadi Ayah itu berat dan sulit, tapi kuakui betapa sepanjang masa kehadiranmu disisiku, aku seperti menemui keberadaanku, makna keberadaanmu, dan makna tugas kebapakanku terhadapmu.
Sepanjang masa keberadaanmu adalah masa terindah dan paling aku banggakan didepan siapapun. Bahkan dihadapan Allah SWT, ketika aku duduk berduaan berhadapaan dengan-Nya hingga saat usia senja ini.
Nak, saat pertama kali engkau hadir, kucium dan kupeluk engkau sebagai buah cintaku dan Ibumu.
Sebagai bukti bahwa aku dan ibumu tidak tak lagi terpisahkan oleh apapun jua.
Tetapi,……… seiring waktu.
Ketika engkau suatu kali telah mampu berkata : “TIDAK”, timbul kesadaranku siapa engkau sesungguhnya.
Engkau bukan milikku, atau milik ibumu nak
Engkau lahir bukan karena cintaku dan cinta ibumu
Engkau adalah milik Allah, tidak ada hak ku untuk menuntut pengabdian darimu
Karena pengabdianmu semata-mata seharusnya hanya kepada Allah
Nak, sedih, pedih dan terhempaskan rasanya menyadari siapa sebenarnya aku dan siapa sebenarnya engkau.
Dan dalam waktu panjang dimalam-malam sepi, kusesali kesalahanku ini sepenuh-penuh air mata dihadapan Allah. Syukurlah, penyesalan itu mencerahkanku.
Sejak saat itu nak, satu-satunya usahaku adalah mendekatkanmu kepada pemilikmu yang sebenarnya.
Membuatmu senantiasa berusaha memenuhi keinginan pemilikmu.
Melakukan segala sesuatu karena-Nya, bukan karena kau dan ibumu.
Tugasku bukan membuatmu dikagumi orang lain, tetapi agar engkau dikagumi dan dicintai oleh Allah.SWT.
Inilah usaha terberatku nak, karena artinya aku harus lebih dulu memberi contoh kepadamu dekat dengan Allah.
Keinginanku harus lebih dulu sesuai dengan keinginan Allah, agar perjalananmu mendekatinya tidak terlalu sulit.
Kemudian, kitapun melalui perjalanan ini berdua, tak pernah engkau kuhindarkan dari kerikil tajam atau lumpur hitam.
Aku hanya menggenggam jemarimu dan merapatkan jiwa kita satu sama lain, agar dapat kau rasakan perjalanan rohani yang sebenarnya.
Saat engkau mengeluh letih berjalan, kukuatkan engkau karena kita tak boleh berhenti.
Perjalanan mengenal Allah tak kenal lelah dan berhenti.
Nak, berhenti berarti mati, inilah kata-kataku setiap kali memeluk dan menghapus air matamu, ketika engkau hampir putus asa.
Akhirnya nak,..
Kalau nanti kita semua manusia dikumpulkan dihadapan Allah, dan kudapati jarakku amat jauh dari-Nya. Aku akan ikhlas, karena seperti itulah aku didunia.
Tetapi, kalau aku boleh berharap aku ingin saat itu aku melihatmu dekat dengan Allah.
Aku akan bangga nak, karena itulah bukti bahwa semua titipan bisa kita kembalikan kepada pemiliknya….
Dari Ayah yang senantiasa merindukanmu….

Jumat, 03 Juni 2011

Episode : Pilihan


Teringat kata Anis Matta : menjadi hidup itu takdir dan menjalaninya adalah sebuah pilihan. Ya, semuanya adalah pilihan. Hakekat memilih dan dipilih. Penuh konsekuensi dan resiko. Semuanya. Entah itu pilihan ringan maupun pilihan sulit. Kalo dulu waktu kecil, kita hanya dihadapkan bagaimana memilih mau maen apa dengan siapa. Beranjak SD, memilih mau ngerjain pr atau tidak. Yang kalau tidak ngerjain PR, ahh paling hanya dihukum sama bu guru. :)

Saat SMP, mau ikut ekskul apa ya? Males ahh, belajar. Besok nyontek aja. Sma juga sih, hanya mulai bertambah mau kuliah dimana ya? Jurusan apa? Sesuai ga sih sama citacita dan keinginan ibu bapak. Kuliah, pilihan mau praktikum ga, ngerjain laporan dan seabrek tugas, Kelompok studi, kawan dan lulus. Ya..ya... memang semua ada resikonya. Yang terpenting adalah bagaimana cara kita memanfaatkan waktu itu yang terpenting. Agar kita tidak diperdaya atas pilihan-pilihan kita. Baik pilihan rasional maupun pilihan karena ambisi/ obsesi.

Jadi inget sms teman saya, dengan sedikit modifikasinya (*piss bang ). Pilihan-pilihan yang kita risaukan tak ubahnya seperti saat SD kita mengerjakan ulangan dengan soal pilihan ganda. Tinggal menyilang atau melingkari setiap jawaban yang kita anggap benar. Cuma ada dua kemungkinan dalam setiap jawaban kita. Benar atau Salah. NICE !terdengar simpel sekali kan?

Yaa, itu saat kita mengerjakan soal ulangan. Lalu bagaimana dengan hidup ini? Terdengar sama, konsep hitam dan putih. Benar dan salah. Hanya saja, seringkali ada faktor-faktor X yang mulai mengaburkan atas pilihan-pilihan kita. Tidak mudah memang saat kita memutuskan sesuatu atas suatu hal. Tapi akan lebih sulit lagi, ketika kita berpegang teguh atas pilihan kita.

Saat waktu ulangan masih banyak di SD, kita mungkin masih diberikan waktu untuk mengoreksi jawaban kita. Dibaca lagi. Bahkan ada kemungkinan kita menghapus dan mengganti setiap jawaban kita. Tetapi mungkinkah setiap pilihan atas hidup kita juga demikian? Jawabannya, mungkin ! tetapi untuk beberapa hal saja. Seperti, apakah keberkahan ilmu yang ingin kita raih atau hanya nilai mata kuliah saja yang kita kejar? Keinginan mengerjakan skripsi atau tidak? Pekerjaan apa yang ingin kita ambil ketika semua menawarkan pilihan? Dan keinginan mau menikah kapan dan dengan siapa? Hehe..Pilihan-pilihan berserakan dimana-mana.

Pilihan hitam dan putih pun terkadang sering terkaburkan. Meski, sebuah keniscayaan putih yang ingin kita diraih. Tapi, pada kenyataanya tak kunjung memutih. Diantara keduanya, banyak spektrum warna yang dapat timbul. Tidak jarang yang muncul abu-abu yang melenakan, sehingga kita tak mampu kita lihat jelas. Dan membutuhkan kacamata yang lebih jelas lagi. Kacamata minus untuk mengurangi yang berlebihan, kacamata plus untuk menambahkan yang kurang dan kacamata silindris untuk meluruskan yang bengkok. Semoga dalam setiap pilihan kita, kita selalu mengingat keberkahan dari Allah dan selalu melibatkanNya dalam setiap memutuskan sesuatu. Semoga istiqomah.


^ terimakasih untuk ukhuwah ini..semoga menjadi pengingat diantara kita.