Jumat, 03 Juni 2011

Episode : Pilihan


Teringat kata Anis Matta : menjadi hidup itu takdir dan menjalaninya adalah sebuah pilihan. Ya, semuanya adalah pilihan. Hakekat memilih dan dipilih. Penuh konsekuensi dan resiko. Semuanya. Entah itu pilihan ringan maupun pilihan sulit. Kalo dulu waktu kecil, kita hanya dihadapkan bagaimana memilih mau maen apa dengan siapa. Beranjak SD, memilih mau ngerjain pr atau tidak. Yang kalau tidak ngerjain PR, ahh paling hanya dihukum sama bu guru. :)

Saat SMP, mau ikut ekskul apa ya? Males ahh, belajar. Besok nyontek aja. Sma juga sih, hanya mulai bertambah mau kuliah dimana ya? Jurusan apa? Sesuai ga sih sama citacita dan keinginan ibu bapak. Kuliah, pilihan mau praktikum ga, ngerjain laporan dan seabrek tugas, Kelompok studi, kawan dan lulus. Ya..ya... memang semua ada resikonya. Yang terpenting adalah bagaimana cara kita memanfaatkan waktu itu yang terpenting. Agar kita tidak diperdaya atas pilihan-pilihan kita. Baik pilihan rasional maupun pilihan karena ambisi/ obsesi.

Jadi inget sms teman saya, dengan sedikit modifikasinya (*piss bang ). Pilihan-pilihan yang kita risaukan tak ubahnya seperti saat SD kita mengerjakan ulangan dengan soal pilihan ganda. Tinggal menyilang atau melingkari setiap jawaban yang kita anggap benar. Cuma ada dua kemungkinan dalam setiap jawaban kita. Benar atau Salah. NICE !terdengar simpel sekali kan?

Yaa, itu saat kita mengerjakan soal ulangan. Lalu bagaimana dengan hidup ini? Terdengar sama, konsep hitam dan putih. Benar dan salah. Hanya saja, seringkali ada faktor-faktor X yang mulai mengaburkan atas pilihan-pilihan kita. Tidak mudah memang saat kita memutuskan sesuatu atas suatu hal. Tapi akan lebih sulit lagi, ketika kita berpegang teguh atas pilihan kita.

Saat waktu ulangan masih banyak di SD, kita mungkin masih diberikan waktu untuk mengoreksi jawaban kita. Dibaca lagi. Bahkan ada kemungkinan kita menghapus dan mengganti setiap jawaban kita. Tetapi mungkinkah setiap pilihan atas hidup kita juga demikian? Jawabannya, mungkin ! tetapi untuk beberapa hal saja. Seperti, apakah keberkahan ilmu yang ingin kita raih atau hanya nilai mata kuliah saja yang kita kejar? Keinginan mengerjakan skripsi atau tidak? Pekerjaan apa yang ingin kita ambil ketika semua menawarkan pilihan? Dan keinginan mau menikah kapan dan dengan siapa? Hehe..Pilihan-pilihan berserakan dimana-mana.

Pilihan hitam dan putih pun terkadang sering terkaburkan. Meski, sebuah keniscayaan putih yang ingin kita diraih. Tapi, pada kenyataanya tak kunjung memutih. Diantara keduanya, banyak spektrum warna yang dapat timbul. Tidak jarang yang muncul abu-abu yang melenakan, sehingga kita tak mampu kita lihat jelas. Dan membutuhkan kacamata yang lebih jelas lagi. Kacamata minus untuk mengurangi yang berlebihan, kacamata plus untuk menambahkan yang kurang dan kacamata silindris untuk meluruskan yang bengkok. Semoga dalam setiap pilihan kita, kita selalu mengingat keberkahan dari Allah dan selalu melibatkanNya dalam setiap memutuskan sesuatu. Semoga istiqomah.


^ terimakasih untuk ukhuwah ini..semoga menjadi pengingat diantara kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar